BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Autis pertama
kali diperkenalkan dalam suatu makalah pada tahun 1943 oleh seorang psikiatris
Amerika yang bernama Leo Kanner. Ia menemukan sebelas anak yang memiliki
ciri-ciri yang sama, yaitu tidak mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan
individu lain dan sangat tak acuh terhadap lingkungan di luar dirinya, sehingga
perilakunya tampak seperti hidup dalam dunianya sendiri.
Autis merupakan suatu
gangguan perkembangan yang kompleks yang berhubungan dengan komunikasi, interaksi
sosial dan aktivitas imajinasi.
Dalam Pendidikan Luar Biasa kita
banyak mengenal macam macam Anak Berkebutuhan Khusus. Salah satunya anak Autis.
Anak
autis juga merupakan pribadi individu yang harus diberi pendidikan baik itu
keterampilan, maupun secara akademik.
Permasalahan yang dilapangan terkadang setiap orang tidak mengetahui tentang anak autis tersebut. Oleh kerena itu kita harus kaji lebih dalam tentang anak autis. Dalam pengkajian tersebut kita butuh banyak informasi mengenai siapa anak autis, penyebabnya dan lainnya.
Dengan adanya bantuan baik itu pendidikan secara umum.
Permasalahan yang dilapangan terkadang setiap orang tidak mengetahui tentang anak autis tersebut. Oleh kerena itu kita harus kaji lebih dalam tentang anak autis. Dalam pengkajian tersebut kita butuh banyak informasi mengenai siapa anak autis, penyebabnya dan lainnya.
Dengan adanya bantuan baik itu pendidikan secara umum.
Dalam masyarakat nantinya anak-anak tersebut
dapat lebih mandiri dan anak-anak tersebut dapat mengembangkan potensi yang ada
dan dimilikinya yang selama ini terpendam karena ia belum bisa mandiri. Oleh
karena itu makalah ini nantinya dapat membantu kita mengetahui anak autis
tersebut.
B. RUMUSAN
MASALAH
Rumusan masalah makalah ini, antara
lain:
1. Apakah pengertian autis ?
1. Apakah pengertian autis ?
2.
Apa faktor penyebab?
3.
Bagaimana gejala autis?
4.
Bagaimana karakteristik autis ?
5.
Apakah hambatan-hambatan anak autis ?
6.
Bagaimana terapi penunjang bagi anak autis ?
7.
Bagaimana pendekatan pembelajaran anak autis?
8.
Bagaimana model pelayanan pendidikan anak autis?
9.
Bagaimana proses kegiatan belajar mengajar ?
10.
Bagaimana hambatan dan solusi belajar mengajar ?
C. TUJUAN
PENULISAN
Adapun tujuan penulisan
dari makalah ini adalah untuk mengetahui lebih dalam bagaimana anak luar biasa,
terutama anak autis.
Yang mana ingin mengetahui:
1. Pengertian autis
1. Pengertian autis
2.
Faktor penyebab
3.
Gejala autis
4.
Karakteristik autis
5.
Hambatan-hambatan anak autis
6.
Terapi penunjang bagi anak autis
7.
Pendekatan pembelajaran anak autis
8.
Model pelayanan pendidikan anak autis
9.
Proses kegiatan belajar mengajar
10.
Hambatan dan solusi belajar mengajar
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN AUTIS
Kata autisme berasal dari bahasa Yunani
yang terdiri dari dua kata yaitu ‘aut’ yang berarti ‘diri sendiri’ dan ‘ism’
yang secara tidak langsung menyatakan ‘orientasi atau arah atau keadaan (state).
Sehingga autisme dapat didefinisikan sebagai
kondisi seseorang yang luar biasa asik dengan dirinya sendiri (Reber, 1985
dalam Trevarthen dkk, 1998).
Pengertian ini menunjuk pada bagaimana
anak-anak autis gagal bertindak dengan minat pada orang lain, tetapi kehilangan
beberapa penonjolan perilaku mereka. Ini, tidak membantu orang lain untuk
memahami seperti apa dunia mereka.
Secara etimologi : anak autis adalah
anak yang memiliki gangguaan perkembangan dalam dunianya sendiri.
Autis
Menurut Para Ahli Yaitu:
a.
Leo Kanner (Handojo,2003) autisme merupakan
suatu jenis gangguan perkembangan pada anak, mengalami kesendirian,
kecenderungan menyendiri.
b.
Chaplin (2000)
mengatakan : (1) cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau
diri sendiri (2) menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri
(3) Keyakinan ekstrim dengan fikiran dan fantasi sendiri.
c.
American Psych: autisme adalah ganguan
perkembangan yang terjadi pada anak yang mengalami kondisi menutup diri.
Gangguan ini mengakibatkan anak mengalami keterbatasan dari segi komunikasi,
interaksi sosial, dan perilaku “Sumber dari Pedoman Pelayanan Pendidikan Bagi
Anak Austistik”. (American Psychiatic Association 2000)
Anak autistic adalah
adanya 6 gejala/gangguan, yaitu dalam bidang Interaksi social; Komunikasi
(bicara, bahasa, dan komunikasi); Perilaku, Emosi, dan Pola bermain; Gangguan
sensoris; dan perkembangan terlambat atau tidak norma. Penampakan gejala dapat
mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil (biasanya sebelum usia 3 tahun)
(Power, 1983). Gangguan autisme terjadi pada masa perkembangan sebelum usia 36
bulan “Sumber dari Pedoman Penggolongan Diagnotik Gangguan Jiwa” (PPDGJ III)
Autisme adalah suatu
kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang
membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan social atau komunikasi yang
normal.
Jadi anak autisme merupakan anak yang
mengalami gangguan perkembangan yang sangat kompleks yang dapat diketahui sejak
umur sebelum 3 tahun mencakup bidang komunikasi, interaksi sosial serta
perilakunya.
Ditinjau dari segi
pendidikan : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan
komunikasi, sosial, perilaku pada anak sesuai dengan kriteria DSM-IV sehingga
anak ini memerlukan penanganan/layanan pendidikan secara khusus sejak dini.
Ditinjau dari segi
medis : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan/kelainan otak yang
menyebabkan gangguan perkembangan komunikasi, sosial, perilaku sesuai dengan
kriteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan penanganan/terapi secara klinis.
Ditinjau dari segi
psikologi : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan yang
berat bisa ketahui sebelum usia 3 tahun, aspek komunikasi sosial, perilaku,
bahasa sehingga anak perlu adanya penanganan secara psikologis.
Ditinjau dari segi
sosial anak autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan berat dari
beberapa aspek komunikasi, bahasa, interaksi sosial, sehingga anak ini
memerlukan bimbingan ketrampilan sosial agar dapat menyesuaikan dengan
lingkungannya.
Jadi Anak Autisme
merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi otak yang bersifat pervasive
(inco) yaitu meliputi gangguan kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan
gangguan interaksi sosial, sehingga ia mempunyai dunianya sendiri.
B.
FAKTOR PENYEBAB
1.
Faktor Genetik
2.
Ganguan pada Sistem Syaraf
Banyak
penelitian yang melaporkan bahwa anak autis memiliki kelainan pada hampir semua
struktur otak. Tetapi kelainan yang paling konsisten adalah pada otak kecil.
3. Ketidak seimbangan Kimiawi
Beberapa
peneliti menemukan sejumlah kecil dari gejala autistik berhubungan dengan
makanan atau kekurangan kimiawi di badan.
4. Kemungkinan Lain
Infeksi
yang terjadi sebelum dan setelah kelahiran dapat merusak otak sepertivirus
rubella yang terjadi selama kehamilan dapat menyebabkan kerusakan otak.
C.
GEJALA AUTIS
Gejala
anak autis antara lain:
1. Interaksi sosial
§ Tidak tertarik untuk bermain bersama teman
§ Lebih suka menyendiri
§ Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan
§ Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang inginkan
2. Komunikasi
§ Perkembangan bahasa lambat
§ Senang meniru atau membeo
§ Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara
§ Kadang kata yang digunakan tidak sesuai artinya
§ Mengoceh tanpa arti berulang-ulang
§ Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi
3. Pola Bermain
§ Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya
§ Senang akan benda-benda yang berputar
§ Tidak bermain sesuai fungsi mainan
§ Tidak kreatif, tidak imajinatif
§ Dapat sangat lekat dengan benda tertentu
4. Gangguan Sensoris
§ Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga
§ Sering menggunakan indera pencium dan perasanya
§ Dapat sangat sensitif terhadap sentuhan
§ Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut
5. Perkembangan Terlambat
§ Tidak sesuai seperti anak normal, keterampilan sosial, komunikasi dan kognisi
§ Dapat mempunyai perkembangan yang normal pada awalnya, kemudian menurun bahkan sirna
6. Gejala Muncul
§ Gejala di atas dapat dimulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil
§ Pada beberapa anak sekitar umur 5-6 tahun gejala tampak agak kurang
1. Interaksi sosial
§ Tidak tertarik untuk bermain bersama teman
§ Lebih suka menyendiri
§ Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan
§ Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang inginkan
2. Komunikasi
§ Perkembangan bahasa lambat
§ Senang meniru atau membeo
§ Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara
§ Kadang kata yang digunakan tidak sesuai artinya
§ Mengoceh tanpa arti berulang-ulang
§ Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi
3. Pola Bermain
§ Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya
§ Senang akan benda-benda yang berputar
§ Tidak bermain sesuai fungsi mainan
§ Tidak kreatif, tidak imajinatif
§ Dapat sangat lekat dengan benda tertentu
4. Gangguan Sensoris
§ Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga
§ Sering menggunakan indera pencium dan perasanya
§ Dapat sangat sensitif terhadap sentuhan
§ Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut
5. Perkembangan Terlambat
§ Tidak sesuai seperti anak normal, keterampilan sosial, komunikasi dan kognisi
§ Dapat mempunyai perkembangan yang normal pada awalnya, kemudian menurun bahkan sirna
6. Gejala Muncul
§ Gejala di atas dapat dimulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil
§ Pada beberapa anak sekitar umur 5-6 tahun gejala tampak agak kurang
D.
KARAKTERISTIK AUTIS
Anakautis mempunyai masalah/gangguan dalam bidang :
1. Komunikasi
2. Interaksi sosial
3. Gangguan
sensoris
4. Pola bermain
5. Perilaku
6. Emosi
E.
HAMBATAN-HAMBATAN
ANAK AUTIS
Ada
beberapa permasalahan yang dialami oleh anak autis yaitu: Anak autis memiliki
hambatan kualitatif dalam interaksi sosial .
Anak
autis memiliki minat yang terbatas, mereka cenderung untuk menyenangi
lingkungan yang rutin dan menolak perubahan lingkungan, minat mereka terbatas
artinya mereka apabila menyukai suatu perbuatan maka akan terus menerus
mengulang perbuatan itu. anak autistik juga menyenangi keteraturan yang
berlebihan.
Lorna
Wing (1974) menuliskan dua kelompok besar yang menjadi masalah pada anak autis
yaitu:
a.
Masalah dalam memahami lingkungan (Problem in understanding the world)
1).
Respon terhadap suara yang tidak biasa (unusually responses to sounds).
Anak
autis seperti orang tuli karena mereka cenderung mengabaikan suara yang sangat
keras dan tidak tergerak sekalipun ada yang menjatuhkan benda di sampingnya.
Anak autis dapat juga sangat tertarik pada beberapa suara benda seperti suara
bel, tetapi ada anak autis yang sangat tergangu oleh suara-suara tertentu,
sehingga ia akan menutup telinganya.
2).
Sulit dalam memahami pembicaraan (Dificulties in understanding speech).
Anak
autis tampak tidak menyadari bahwa pembicaraan memiliki makna, 7 tidak dapat
mengikuti instruksi verbal, mendengar peringatan atau paham apabila dirinya
dimarahi (scolded). Menjelang usia lima tahun banyak autis yang
mengalami keterbatasan dalam memahami pembicaraan.
3).
Kesulitan ketika bercakap-cakap (Difiltuties when talking). Beberpa anak
Autis
tidak pernah berbicara, beberapa anak autis belajar untuk mengatakan sedikit
kata-kata, biasanya mereka mengulang kata-kata yang diucapkan orang lain,
mereka memiliki kesulitan dalam mempergunakan kata sambung, tidak dapat
menggunakan kata-kata secara fleksibel atau mengungkapkan ide.
4).
Lemah dalam pengucapan dan kontrol suara (Poor pronunciation and voice
control).
Beberapa
anak autis memiliki kesulitan dalam membedakan suara tertentu yang mereka
dengar. Mereka kebingungan dengan kata-kata yanghampir sama, memiliki kesulitan
untuk mengucapkan kata-kata yang sulit.Mereka biasanya memiliki kesulitan dalam
mengontrol kekerasan (loudness)suara.
5).
Masalah dalam memahami benda yang dilihat (Problems in understanding things
that are seen).
Beberapa anak autis sangat sensitif terhadap
cahayayang sangat terang, seperti cahaya lampu kamera (blitz), anak
autismengenali orang atau benda dengan gambaran mereka yang umum tanpamelihat
detil yang tampak.
6).
Masalah dalam pemahaman gerak isarat (problem in understanding gesturs).
Anak
autis memiliki masalah dalam menggunakan bahasa komunikasi;seperti gerakan
isarat, gerakan tubuh, ekspresi wajah.
7).
Indra peraba, perasa dan pembau (The senses of touch, taste and smell).
Anak-anak
autis menjelajahi lingkungannya melalui indera peraba, perasa dan pembau
mereka. Beberapa anak autis tidak sensitif terhadap dingin dan sakit.
8).
Gerakan tubuh yang tidak biasa (Unusually bodily movement).
Ada
gerakangerakan yang dilakukan anak autis yang tidak biasa dilakukan oleh
anakanak yang normal seperti mengepak-ngepakan tangannya, meloncat-loncat, dan
menyeringai.
9).
Kekakuan dalam gerakan-gerakan terlatih (clumsiness in skilled movements).
Beberapa
anak autis, ketika berjalan nampak anggun, mampu memanjat danseimbang seperti
kucing, namun yang lainnya lebih kaku dan berjalan sepertimemiliki bebrapa
kesulitan dalam keseimbangan dan biasanya mereka tidakmenikmati memanjat.
Mereka sangat kurang dalam koordinasi dalam berjalan dan berlar atau
sebaliknya.
b. Masalah
gangguan perilaku dan emosi (Dificult behaviour and emotional
problems).
1. Sikap
menyendiri dan menarik diri (Aloofness and withdrawal).
2. Menentang
perubahan (Resistance to change).
3. Ketakutan
khusus (Special fears).
4. Prilaku
yang memalukan secara sosial (Socially embarrassing behaviour).
5. Ketidakmampuan
untuk bermain (Inability to play).
F.
TERAPI
PENUNJANG BAGI ANAK AUTIS
Sebelum/sembari mengikuti
pendidikan formal (sekolah). Anak autistik dapat dilatih melalui terapi sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan anak antara lain:
1.
Terapi Wicara
2.
Terapi Okupasi
3.
Terapi Bermain
4.
Terapi
medikamentosa/obat-obatan (drug therapy)
5.
Terapi melalui
makan (diet therapy
6.
Auditory
Integration Therapy
7.
Biomedical
treatment/therapy
8.
Hydro Therapy
9.
Terapi Musik
G.
PENDEKATAN
PEMBELAJARAN ANAK AUTIS
1. Discrete Tial
Training (DTT) :
Training ini didasarkan pada Teori Lovaas yang mempergunakan pembelajaran
perilaku. Dalam pembelajarannya digunakan stimulus respon atau yang dikenal
dengan orperand conditioning. Dalam prakteknya guru memberikan stimulus pada
anak agar anak memberi respon. Apabila perilaku anak itu baik, guru memberikan
reinforcement (penguatan). Sebaliknya perilaku anak yang buruk dihilangkan
melalui time out/ hukuman/kata “tidak”
2. Intervensi LEAP (Learning Experience and
Alternative Programfor Preschoolers and Parents) menggunakan stimulus
respon (sama dengan DTT) tetapi anak langsung berada dalam lingkungan sosial
(dengan teman-teman). Anak auitistik belajar berperilaku melalui pengamatan
perilaku orang lain.
3. Floor Time merupakan
teknik pembelajaran melalui kegiatan intervensi interaktif. Interaksi anak
dalam hubungan dan pola keluarga merupakan kondisi penting dalam menstimulasi
perkembangan dan pertumbuhan kemampuan anak dari segi kumunikasi, sosial, dan
perilaku anak.
4. TEACCH (Treatment and Education for Autistic Childrent and
Related Communication Handicaps) merupakan pembelajaran bagi anak dengan
memperhatikan seluruh aspek layanan untuk pengembangan komunikasi anak.
Pelayanan diprogramkan dari segi diagnosa, terapi/treatment, konsultasi,
kerjasama, dan layanan lain yang dibutuhkan baik oleh anak maupun orangtua.
H.
MODEL PELAYANAN
PENDIDIKAN BAGI ANAK AUTIS
Pendidikan untuk anak autis usia
sekolah bisa dilakukan di berbagai penempatan. Berbagai model antara lain:
1. Kelas transisi
Kelas ini diperuntukkan bagi anak
autistik yang telah diterapi memerlukan layanan khusus termasuk anak autistik
yang telah diterapi secara terpadu atau struktur. Kelas transisi sedapat mungkin
berada di sekolah reguler, sehingga pada saat tertentu anak dapat
bersosialisasi dengan anak lain. Kelas transisi merupakan kelas persiapan dan
pengenalan pengajaran dengan acuan kurikulum SD dengan dimodifikasi sesuai
kebutuhan anak.
2. Program Pendidikan Inklusi
Program ini dilaksanakan oleh
sekolah reguler yang sudah siap memberikan layanan bagi anak autistik. Untuk
dapat membuka program ini sekolah harus memenuhi persyaratan antara lain:
1.
Guru terkait
telah siap menerima anak autistik
2.
Tersedia ruang khusus (resourse room) untuk penanganan
individual
3.
Tersedia guru pembimbing khusus dan guru pendamping.
4.
Dalam satu kelas sebaiknya tidak lebih dari 2 (dua)
anak autistik.
5.
Dan lain-lain
yang dianggap perlu.
3. Program Pendidikan Terpadu
Program Pendidikan Terpadu
dilaksanakan disekolah reguler. Dalam kasus/waktu tertentu, anak-anak autistik
dilayani di kelas khusus untuk remedial
4. Sekolah Khusus Autis
Sekolah ini diperuntukkan khusus
bagi anak autistik terutama yang tidak memungkinkan dapat mengikuti pendidikan
di sekolah reguler. Anak di sekolah ini sangat sulit untuk dapat berkonsentrasi
dengan adanya distraksi sekeliling mereka. Pendidikan di sekolah difokuskan
pada program fungsional seperti bina diri, bakat, dan minat yang sesuai dengan
potensi mereka.
5. Program
Sekolah di Rumah
Program ini diperuntukkan bagi
anak autistik yang tidak mampu mengikuti pendidikan di sekolah khusus karena
keterbatasannya. Anak-anak autistik yang non verbal, retardasi mental atau
mengalami gangguan serius motorik dan auditorinya dapat mengikuti program
sekolah di rumah. Program dilaksanakan di rumah dengan mendatangkan guru
pembimbing atau terapis atas kerjasama sekolah, orangtua dan masyarakat.
6. Panti
(griya) Rehabilitasi Autis
Anak autistik yang kemampuannya
sangat rendah, gangguannya sangat parah dapat mengikuti program di panti
(griya) rehabilitasi autistik. Program dipanti rehabilitasi lebih terfokus pada
pengembangan:
(1) Pengenalan diri
(2) Sensori motor dan persepsi
(3) Motorik kasar dan halus
(4) Kemampuan berbahasa dan komunikasi
(5) Bina diri, kemampuan sosial
(6) Ketrampilan kerja terbatas sesuai minat, bakat dan potensinya.
I.
KEGIATAN
BELAJAR MENGAJAR
1.
Prinsip-prinsip
pengajaran dan pendidikan
Pendidikan dan pengajaran
anak autistik pada umumnya dilaksanakan berdasarkan pada prinsip-prinsip
sebagai berikut:
a. Terstruktur
Pendidikan dan pengajaran bagi
anak autistik diterapkan prinsip terstruktur, artinya dalam pendidikan atau
pemberian materi pengajaran dimulai dari bahan ajar/materi yang paling mudah
dan dapat dilakukan oleh anak. Setelah kemampuan tersebut dikuasai,
ditingkatkan lagi ke bahan ajar yang setingkat diatasnya namun merupakan
rangkaian yang tidak terpisah dari materi sebelumnya.
Struktur pendidikan dan
pengajaran bagi anak autistik meliputi :
- Struktur
waktu
- Struktur
ruang, dan
- Struktur
kegiatan
b. Terpola
Kegiatan anak autistik biasanya
terbentuk dari rutinitas yang terpola dan terjadwal, baik di sekolah maupun di
rumah (lingkungannya), mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali. Oleh
karena itu dalam pendidikannya harus dikondisikan atau dibiasakan dengan pola
yang teratur.
c. Terprogram
Prinsip dasar terprogram berguna
untuk memberi arahan dari tujuan yang ingin dicapai dan memudahkan dalam
melakukan evaluasi.
d. Konsisten
Dalam pelaksanaan pendidikan dan
terapi perilaku bagi anak autistik, prinsip konsistensi mutlak diperlukan.
Artinya : apabila anak berperilaku positif memberi respon positif terhadap
susatu stimulan (rangsangan), maka guru pembimbing harus cepat memberikan
respon positif (reward/penguatan), begitu pula apabila anak berperilaku negatif
(Reniforcement) Hal tersebut juga dilakukan dalam ruang dan waktu lain yang
berbeda (maintenance) secara tetap dan tepat, dalam arti respon yang diberikan
harus sesuai dengan perilaku sebelumnya.
e. Kontinyu
Pendidikan dan pengajaran bagi
anak autistik sebenarnya tidak jauh berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Maka
prinsip pendidikan dan pengajaran yang berkesinambungan juga mutlak diperlukan
bagi anak autistik. Kontinyu disini meliputi kesinambungan antara prinsip dasar
pengajaran, program pendidikan dan pelaksanaannya. Kontinyuitas dalam
pelaksanaan pendidikan tidak hanya di sekolah, tetapi juga harus
ditindaklanjuti untuk kegiatan dirumah dan lingkungan sekitar anak. Kesimpulannya,
therapi perilaku dan pendidikan bagi anak autistik harus dilaksanakan secara
berkesinambungan, simultan dan integral (menyeluruh dan terpadu).
2.
Kurikulum
Dalam pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran bagi anak autistik tentunya harus berdasarkan pada kurikulum
pendidikan yang berorientasi pada kemampuan dan ketidak mampuan anak dengan
memperhatikan deferensiasi masing-masing individu.
- Pendekatan dan Metode
Pendidikan dan pengajaran bagi
anak autistik menggunakan Pendekatan dan program individual. Sedangkan metode
yang digunakan adalah merupakan perpaduan dari metode yang ada, dimana
penerapannya disesuaikan kondisi dan kemampuan anak serta materi dari pengajaran
yang diberikan kepada anak. Metode dalam pengajaran anak autistik adalah metode
yang memberikan gambaran kongkrit tentang "sesuatu", sehingga anak
dapat menangkap pesan, informasi dan pengertian tentang "sesuatu"
tersebut.
- Sarana Belajar Mengajar
Sarana belajar diperlukan, karena
akan membantu kelancaran proses pembelajaran dan membantu pembentukan konsep
pengertian secara kongkrit bagi anak autistik. Pola pikir anak autistik pada
umumnya adalah pola pikir kongkrit. sehingga sarana belajar mengajarnyapun juga
harus kongkrit. Beberapa anak autistik dapat berabstraksi, namun pada awalnya
mereka dilatih dengan sarana belajar yang kongkrit
- Evaluasi
Untuk mengukur berhasil atau
tidaknya pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan adanya evaluasi (penilaian).
Dalam pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik evaluasi dapat dilakukan
dengan cara:
1. Evaluasi Proses
Evaluasi Proses ini dilakukan
dengan cara seketika pada saat proses kegiatan berlangsung dengan cara
meluruskan atau membetulkan perilaku menyimpang atau pembelajaran yang sedang
berlangsung seketika itu juga. Hal ini dilakukan oleh pembimbing dengan cara
memberi reward atau demonstrasi secara visual dan kongkrit..
2. Evaluasi Bulan
Evaluasi ini bertujuan untuk
memberikan laporan perkembangan atau permasalahan yang ditemukan atau dihadapi
oleh pembimbing di sekolah. Evaluasi bulanan ini dilakukan dengan cara
mendiskusikan masalah dan perkembangan anak antara guru dan orang tua anak
autistik guna mendapatkan pemecahan masalah (solusi dan pemecahan masalah),
antara lain dengan mencari penyebab dan latar belakang munculnya masalah serta
pemecahan masalah macam apa yang tepat dan cocok untuk anak autistik yang
menjadi contoh kasus.
3. Evaluasi Catur Wulan
Evaluasi ini disebut juga dengan
evaluasi program yang dimaksud sebagai tolok ukur keberhasilan program secara
menyeluruh. Apabila tujuan program pendidikan dan pengajaran telah tercapai dan
dapat dikuasai anak, maka kelanjutan program dan kesinambungan program
ditingkatkan dengan bertolak dari kemampuan akhir yang dikuasai anak,
sebaliknya apabila program belum dapat terkuasai oleh anak maka diadakan
pengulangan program (remedial) atau meninjau ulang apa yang menyebabkan ketidak
berhasilan pencapaian program.
J. HAMBATAN PROSES BELAJAR MENGAJAR DAN SOLUSINYA
1. MasalahPerilaku
Masalahperilaku yang
seringmunculyaitu :stimulasidiri dan stereotip.
Bilaperilakutersebutmuncul yang dapatkitalakukan :
MemberikanReinforcement.
Tidakmemberiwaktuluangbagianakuntukasyikdengandirisendiri
Siapkan kegiatan yang menarik dan positif
Menciptakan situasi yang kondusif bagi anak, tidak menyakiti diri.
2. Masalah Emosi :
Masalah ini menyangkut kondisi
emosi yang tidak stabil, misalnya; menangis, berteriak, tertawa tanpa sebab
yang jelas, memberontak, mengamuk, destruktif, tantrum.Cara mengatasinya :
a.
Berusaha
mencari dan menemukan penyebabnya
b.
Berusaha
menenangkan anak dengan cara tetap bersikap tenang.
c.
Setelah kondisi
emosinya mulai membaik, kegiatan dapat dilanjutkan.
3. Masalah
Perhatian (Konsentrasi)
Perhatian anak dalam belajar
kadang belum dapat bertahan untuk waktu yang lama dan masih berpindah pada
obyek/kegiatan lain yang lebih menarik bagi anak. Untuk itu maka usaha yang
harus diupayakan oleh pembimbing adalah:
a.
Waktu untuk
belajar bagi anak ditingkatkan secara bertahap.
b.
Kegiatan dibuat
semenarik mungkin, dan bervariasi.
c.
Istirahat
sebentar kemudian kegiatan dilanjutkan kembali, dimaksudkan untuk mengurangi
kejenuhan pada anak, misal: menyanyi, bermain,
4. Masalah Kesehatan
Bila kondisi kesehatan siswa
kurang baik, maka kegiatan belajar mengajar tidak dapat berjalan secara
efektif, namun demikian kegiatan belajar tetap dapat dilaksanakan, hanya saja
dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi anak.
5. Orang Tua
Untuk memberikan wawasan pada
orang tua, perlu dibentuk Perkumpulan Orang Tua Siswa, sebagai sarana
penyebaran berbagi pengalaman sesama seperti informasi baru dari informasi
internet, buku-buku bahkan jika mungkin tatap muka dengan tokoh yang berkaitan
dalam pendidikan untuk anak autistik atau anak dengan kebutuhan khusus.
6. Masalah Sarana Belajar
Dengan menyediakan materi-materi
yang mungkin diperlukan untuk kepentingan terapi anak-anaknya misalnya :
- Textbook berbahasa Inggris
dan Indonesia,
- Buku-buku pelajaran
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Autisme dapat didefinisikan sebagai
kondisi seseorang yang luar biasa asik dengan dirinya sendiri (Reber, 1985
dalam Trevarthen dkk, 1998).
Adapun factor penyebabnya adalah gangguan gnetik,
gangguan pada sisitem saraf, ketidak seimbangan kimiawi, kemungkinan lain.
Adapula gejalanya diantaranya interaksi social, komunikasi, pola bermain,
gangguan sensoris, perkembangan terlambat, gejala muncul.
Anak
autis memiliki minat yang terbatas, mereka cenderung untuk menyenangi lingkungan
yang rutin dan menolak perubahan lingkungan, minat mereka terbatas artinya
mereka apabila menyukai suatu perbuatan maka akan terus menerus mengulang
perbuatan itu. anak autistik juga menyenangi keteraturan yang berlebihan.
B. SARAN
Dari hasil makalah yang telah dibuat, penulis
menyarankan agar kita lebih peduli bagi anak-anak barkebutuhab khusus terutama
bagi anak autis. Sebagai manyarakat secara umum kita harus bisa menerima
anak-anak tersebut.
Semoga makalah ini menjadi rujukan bagi kita untuk bisa
memberikan layanan pendidikan bagai anak-anak autis.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,Http:// www.Dikdasmen.Com/Pendidikan
anak Autisme.Html
Danuatmaja,B. (2003). Terapi Anak Autis di Rumah,
Jakarta: Puspa Suara
Ellah Siti Chalidah (2005), Terapi permainan bagi anak yang
memerlukan layanan
Pendidikan Khusus, Source (Sumber) : Dikdasmen Depdiknas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar